Makalah Al-wala' wal bara'

 

BAB II

A.    Pengertian al-wala’ wal bara’

Wala’ adalah kata mashdar dari fi’il “waliya” yang artinya dekat. Yang                dimaksud dengan wala’ di sini adalah dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai mereka, membantu dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka dan bertempat tinggal bersama mereka.

Sedangkan bara’ adalah mashdar dari bara’ah yang berarti memutus atau memotong. Maksudnya di sini ialah memutus hubungan atau ikatan hati dengan orang-orang kafir, sehingga tidak lagi mencintai mereka, membantu dan menolong mereka serta tidak tinggal bersama mereka.

Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang mengikuti & melaksanakan agama Islam dgn sungguh-sungguh sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kesengsaraan & kehinaan bagi orang yang memerangi agama Islam.
Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid Laa ilaha illallah, tak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan mengucapkan & mengamalkan kalimat inilah dibedakan muslim dan kafir, dipaparkan keindahan surga & panasnya neraka.
Dan tidaklah tauhid seseorang sempurna sampai ia mencintai karena Allah & membenci karena Allah, memberi karena Allah & tak memberi karena Allah. Inilah yang disebut al wala’ wal baro’.

B.     Mengenal Al Wala’ & Al Baro’

Al Wala’ secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti memberikan pemuliaan penghormatan & selalu ingin bersama yang dicintainya baik lahir maupun batin. Dan al baro’ secara bahasa berarti terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah berarti memberikan permusuhan & menjauhkan diri.
Wahai saudariku, ketahuilah bahwa seorang muslimah yang mencintai Allah dituntut utk membuktikan cintanya kepada Allah yaitu dgn mencintai hal yang Allah cintai & membenci hal yang Allah benci. Hal yang dicintai Allah adalah ketaatan terhadap perintah Allah & orang-orang yang melakukan ketaatan, sedangkan hal yang dibenci Allah adalah kemaksiatan (pelanggaran terhadap larangan Allah) & orang-orang yang melakukan kemaksiatan & kesyirikan.

Oleh karena itu, hendaklah engkau wala’ terhadap ketaatan & orang-orang yang melakukan ketaatan & baro’ terhadap maksiat & kesyirikan & orang-orang yang mempraktekkannya.

 

 

 

BAB III

A.Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala’ & Baro’

Orang yang mendapat wala’ secara mutlak, yaitu orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah & Rasul-Nya, menjalankan kewajiban & meninggalkan larangan di atas tauhid.
Orang yang mendapat wala’ dari satu segi & mendapat baro’ dari satu segi, yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan sebagian kewajiban & melakukan sebagian yang diharamkan.
Orang yang mendapat baro’ secara mutlak, yaitu orang musyrik & kafir serta muslim yang murtad, melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat wajib & pembatal keislaman lain.

B.Sebagian Tanda Al Wala’

Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari lingkungan maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat.
Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri & senang kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada pada diri sendiri serta tak dengki & angkuh terhadap mereka.
Wajib memprioritaskan bergaul dgn kaum muslimin.
Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah, tak curang dlm muamalah, tak mengambil harta dgn cara yang bathil, dsb.
Bergabung dgn jama’ah mereka & senang berkumpul bersama mereka.
Lemah lembut dan berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan & memintakan ampun kepada Allah bagi mereka.

C.Di Antara Tanda Al Baro’

Membenci kesyirikan & kekufuran serta orang yang melakukannya, walau dgn menyembunyikan kebencian tersebut.
Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin & orang kepercayaan utk menjaga rahasia & bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang penting.
Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tak bergaul & bersahabat dgn mereka.
Tidak meniru mereka dlm hal yang merupakan ciri & kebiasaan mereka baik yang berkaitan dgn keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun agama (misalnya merayakan hari raya mereka).
Tidak boleh menolong, memuji & mendukung mereka dlm menyempitkan umat Islam.
Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka & tak bersikap lunak terhadap mereka.
Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dgn hukum mereka sementara mereka meninggalkan hukum Allah & Rasul-Nya.

 

 baca juga: Makalah Kebebasan, Tanggungjawab, Dan Hati Nurani (ilmu tasawuf)

D.Buah dari Al Wala adalah Mendapatkan kecintaan  Allah

“Allah berfirman, “Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku.” (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim)
2 Mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari kiamat
“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: ‘Mana orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi mereka di bawah naunganKu pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (Hadits Qudsi riwayat Muslim)
3. Meraih manisnya iman
‘Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia mencintai seseorang yang mana dia tak mencintainya kecuali karena Allah.‘ (HR. Ahmad)
4. Masuk surga
“Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman & tidaklah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai.” (HR. Muslim)
5. Menyempurnakan iman
“Barangsiapa yang mencintai & membenci, memberi & menahan karena Allah maka telah sempurnalah imannya.” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi, Hadits Hasan)
Hal yang Perlu Diperhatikan dlm Al Wala’ wal Baro’

Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik pada orang tua. Dan tak diperbolehkan menaati orang tua dlm meninggalkan perintah Allah & melanggar larangan-Nya.
Diharamkan bagi muslimah utk menikah dgn laki-laki kafir karena agama seorang wanita mengikuti agama suaminya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

A.Kedudukan Al-Wala’ Wal Bara’ Dalam  Islam

Di antara hak tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin, serta memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang-siapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beri-man menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al-Maidah: 55-56)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka men-jadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 51)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia …” (Al-Mumtahanah: 1)

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pe-lindung bagi sebagian yang lain.” (Al-Anfal: 73)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Al-Mujadilah: 22)
Dari ayat-ayat di atas jelaslah tentang wajibnya loyalitas kepada orang-orang mukmin, dan memusuhi orang-orang kafir; serta kewajiban menjelaskan bahwa loyal kepada sesama umat Islam adalah ke-bajikan yang amat besar, dan loyal kepada orang kafir adalah bahaya besar.

Kedudukan al-wala’ wal bara’ dalam Islam sangatlah tinggi, karena dialah tali iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam: “Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ibnu Jarir)
Dan dengan al-wala’ wal bara’-lah kewalian Allah dapat tergapai. Diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu: “Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala’ karena Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh kewalian Allah hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan merasakan lezatnya iman, sekali pun banyak shalat dan puasanya, sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan telah menjadi umum persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir)

Maka jelaslah bahwa menjalin wala’ atau loyalitas dan ukhuwah selain karena Allah tidak ada gunanya di sisi Allah Subhannahu wa Ta’ala

 

 

BABA I

PENDAHULUAN

 

A.       Latar Belakang

Penilaian pembelajaran merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran di kelas dan oleh karena itu juga menjadi bagian kurikulum tingkat satuan pendidikan. Artinya, bentuk dan jenis dan penilaian lebih banyak di tentukan oleh kurikulum yang berlaku. Disamping itu, semua hal yang menyangkut pembelajaran mulai dari tujuan, materi, pendekatan, model, strategi, metode, dan tehnik pembelajaranyang di pilih, di desain, di rumuskan, dan dilakukan oleh guru juga menentukan bentuk dan jenis penilaian tertentu. Penilaian tidak terlepas dari komponen kurikulumyang lain karena semuanya bersifat integral. Begitu juga dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan. Bentuk dan jenis penilaian pembelajaran yang biasa di pakai dalam pembelajaran yang berorientasi pada guru dan materi ajar yang akan di rasa kurang memadai untuk menilai pembelajaran dengan paradigma. Oleh karena itu, kerampilan melakuakan penilaian perlu di kembangkan dan ditingkatkan .

 

 

 

 

 

 

 

B. Rumusan Masalah

Brikut rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1.  Pengertian al-wala’ wal bara’

 

2.  Mengenal Al Wala’ & Al Baro’

 

3.  Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala’ & Baro’

 

 

4.  Kedudukan Al-Wala’ Wal Bara’ Dalam Islam

 

 

 

5.  Hukum-hukum  Al-Wala’ Wal Bara’

 

 

 

6. Kesimpulan dan

 

C. SUMBERMAKALAH

Berikut sumber dari makalah ini:

1.Dari internet

2.Dari buku

 

 

 

 

 

 

    ILMU TAUHID

PENGERTIAN AL WALA’ WAL BARAK’

DI INDONESIA

KLOMPOK

IX

 

 

 

 

   

                    Disusunoleh:

1.THOLIB MUHAMMAD SYARIF

2.WAHUDI

3.SURYANTO

4.SUMARTI

 

 

 

 

 

 

YAYASAN PERMATA NUSANTARA AL-AZHAR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

STAI AL-AZHAR LUBUK LINGGAU

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A. Kesimpulan

al-wala’ wal bara’ yaitu mempelajari tentang bagaimana cara kita mendekatkan diri  kepada kaum muslimin dengan mencintai mereka, membantu dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka dan bertempat tinggal bersama mereka serta berani memutus atau memotong ikatan hati degannya, Maksudnya di sini ialah memutus hubungan atau ikatan hati dengan orang-orang kafir, sehingga tidak lagi mencintai mereka, membantu dan menolong mereka serta tidak tinggal bersama mereka.

 

B. Kritik dan Saran

Demikianlah yang dapat penulis paparkan dalam makalah ini. Semoga apa yang penulis sampaikan dan bermanfaat bagi kita dan menjadi amal saleh bagi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini  jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata kami ucapkan terimah kasih semoga Allah senantiasa memberkahi kita semua ….. Amin

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

http://astor09.blogspot.com/2011/06/buku-ilmu-tauhid.htm

https://www.google.com/#q=Tauhidi+dan+tokoh-tokohnya

http://glamoraliond.blogspot.com/2012/11/rangkuman-Ilmu-Tauhid-prof-dr.htmls

DI AKSES 31-10-2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB  V

A. Hukum-hukum  Al-Wala' Wal Bara' Dalam Islam

   Di antara hak tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin, serta memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang-siapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beri-man menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang." (Al-Maidah: 55-56)
       "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka men-jadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-Maidah: 51)
        
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia ..." (Al-Mumtahanah: 1)
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pe-lindung bagi sebagian yang lain." (Al-Anfal: 73)
         
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka." (Al-Mujadilah: 22)

Dari ayat-ayat di atas jelaslah tentang wajibnya loyalitas kepada orang-orang mukmin, dan memusuhi orang-orang kafir; serta kewajiban menjelaskan bahwa loyal kepada sesama umat Islam adalah ke-bajikan yang amat besar, dan loyal kepada orang kafir adalah bahaya besar.

Kedudukan al-wala' wal bara' dalam Islam sangatlah tinggi, karena dialah tali iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam: "Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." (HR. Ibnu Jarir)
Dan dengan al-wala' wal bara'-lah kewalian Allah dapat tergapai. Diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu: "Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala' karena Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh kewalian Allah hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan merasakan lezatnya iman, sekali pun banyak shalat dan puasanya, sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan telah menjadi umum persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya." (HR. Thabrani dalam Al-Kabir)

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Kebebasan, Tanggungjawab, Dan Hati Nurani (ilmu tasawuf)

Makalah Jenis Layanan Bimbingan Konseling (BK)